Mengunjungi kuburan adalah salah satu tradisi Indonesia menjelang Ramadhan. Selama ziarah, umat Islam dapat membaca doa untuk mengunjungi kuburan untuk kesejahteraan orang mati. Mengutip buku AZ Ziarah Kubur dalam Islam karya Firman Arifandi, kata haji berasal dari bahasa Arab zaara-yazuuru-ziyarotan yang berarti ingin datang atau pergi ke suatu tempat.
Saat ini, menurut istilah wisata kuburan, seseorang mengunjungi makam sanak saudara, sahabat, kerabat atau siapapun, muslim maupun non muslim. Umumnya, wisata pemakaman ini dilakukan untuk mendoakan orang yang meninggal.
untuk bekal nanti di akhirat kami akan memberikan anda jalan untuk mendapatkan cuan besar untuk anda bersedekah, bergabung sekarang dengan kami di ALADDIN138 anda akan mendapatkan cuan yang sangat besar dan anda bisa menolong orang yang membutuhkan untuk bekal anda d akhirat nanti jadi tunggu apa lagi bergabung sekarang bersama kami untuk membantu orang di sekitar kita yang sedang kesusahan
Pengaturan pemakaman
Badruddin Hasyim Subky dalam bukunya Misteri Tangan Kedua dalam Shalat, Dzikir, dan Shalat menjelaskan hukum ziarah kubur. Rosululloh SAW bersabda:
كُنتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ القُبُور، وَلكِنْ فَرُورُوها، وفى روَايَةٍ – فَمَنْ أَرَادَ أَنْ يَزُورَ القُبُورَ فَلْيَزُرْهَا فَإِنَّهَا تُذكر الأخرة
Artinya: “Aku melarang Anda untuk mengunjungi kuburan, tapi sekarang silakan pergi ke kuburan.” Di akun lain: “Siapa pun yang ingin pergi ke kuburan, silakan, karena pergi ke kuburan dapat mengingatkan Anda tentang kehidupan setelah kematian.” (HR Muslim)
Dalam buku yang sama dijelaskan bahwa ada dua jenis ziarah ke kuburan, yaitu ziarah al-syar’iyah dan ziarah bid’ah.
Ziarah al-syar\’iyah adalah ziarah ke kuburan untuk mendoakan jenazah tanpa tujuan lain selain untuk beribadah. Tempat kemurtadan adalah ziarah Yahudi yang umum.
Hal ini mengacu pada firman Allah SWT dalam Surat At Taubah 84,
Oleh karena itu, tidak begitu penting untuk bertindak, membuat orang lain bertindak, car ils ont mécru na Dieu dan son messager, dan mereka yang – pengikut.
وَلَا تُصَلِّ عَلٰٓى اَحَدٍ مِّنْهُمْ مَّاتَ اَبَدًا وَّلَا تَقُمْ عَلٰى قَبْرِهٖۗ اِنَّهُمْ كَفَرُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَمَاتُوْا وَهُمْ فٰسِقُوْنَ
Artinya: “jangalah engkau (Nabi Muhammad) tidak melaksanakan sholat untuk seseorang yang mati di antara mereka (orang-orang munafik) untuk selama-lamanya dan kamu berdiri (berdoa) di atas kuburnya. Sesungguhnya mereka tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan meninggal dalam keadaan yang buruk.
Terkait ibadah haji ini, Nabi SAW bersabda,
لَعْنَةُ الله عَلَى اليَهُودِ وَالنَّصَارَى أَتَخَدُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ
Artinya: \”…Kutukan Allah menimpa orang-orang Yahudi dan Nasrani karena mereka menjadikan kuburan nabi-nabi mereka menjadi masjid\”. Dia mengingatkan (Muslim) tentang perilaku mereka (Yahudi dan Nasrani).
Dalam kitab yang sama, Imam Syafi’i juga melarang umat Islam pergi ke kuburan jika ada sesuatu di dalam ketuhanan, karena takut menjadi bencana (penghujatan) bagi mayat di kuburan, bukan karena najis. Abdurrahman Misno dalam bukunya Mari Ziarah Kubur menjelaskan urutan awal ziarah kubur yang telah berubah. Dahulu, ziarah kubur dilarang atau dilarang jika dilakukan bertentangan dengan syariat Islam. Namun, kini hukum ziarah kubur hukumnya sunnah diterapkan asalkan sesuai dengan syariat Islam dan tidak ada organisasi atau agama. Rosululloh SAW bersabda:
لَا تُشَدُّ الرِّجَالُ إِلَّا إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ: مَسْجِدِ الْحَرَامِ، وَمَسْجِدِ الْأَقْصَى، وَمَسْجِدِي
Artinya : “Bukankah empat hal yang diikatkan pada unta (dia tidak bepergian jauh dalam satu perjalanan) kecuali mengunjungi tiga masjid: Masjid Agung, Masjid Al-Aqsa dan masjidku ( Masjid Nabawi)” (HR. Bukhari) .
Asmaji Muchtar mengatakan dalam buku Dialog Lintas Sekolah: Fiqh Ibadah dan Muamalah, menurut pendapat yang benar, orang yang berziarah ke kuburan dianjurkan untuk berdoa, belajar dan membaca Al Quran untuk tubuh karena bermanfaat untuk tubuh.